INILAH.COM, Jakarta – Ekspektasi kenaikan harga komoditas membawa sentimen positif bagi saham di sektor tambang batubara dan perkebunan. Emiten apa saja yang direkomendasikan analis?
Indeks masih berpotensi terus menguat, meski dilanda profit taking di awal perdagangan. Sektor komoditas yang berbasis batubara dan perkebunan, menjadi penggeraknya. “Hal ini dipicu tingginya harga komoditas,” ujar Yustian Hartono, technical analyst AmCapital Indonesia kepada INILAH.COM.
Harga minyak mentah yang bertahan di level tinggi memberikan benefit bagi pergerakan harga saham sektor terkait, yaitu saham sektor berbasis komoditas migas, mineral dan perkebunan (CPO). Meningkatnya aksi korporasi merger dan akuisisi (M&A) pertambangan di Indonesia juga menjadi daya tarik di sektor pertambangan.
Harga minyak mentah kembali rebound ke level US$86/barel. Harga komoditas ini masih berada dalam tren penguatannya, terutama setelah sempat naik hingga ke level tertingginya selama 18 bulan di atas US$87 per barel akibat optimisme perbaikan ekonomi. “Mayoritas emiten di Indonesia berbasis komoditas. Kenaikan harga minyak mendorong pengerakan saham sektor komoditas,” ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan data Global Coal, harga batubara terpantau menguat 3,7% ke level US$98,74 per ton. Tren kenaikan juga dipicu berbagai musibah pada pertambangan di luar negeri, seperti AS dan China.
Hal ini akan mengurangi suplai batubara sehingga bisa mengerek naik harga batubara. “Ini jadi sentimen positif bagi saham sektor energi khususnya batubara,” imbuhnya.
Beberapa emiten batubara pilihan Yustian adalah saham PT Bukit Asam (PTBA), dan PT Adaro Energy (ADRO), “Peluang kenaikan emiten-emiten ini cukup besar. Saya rekomendasikan buy,” ujarnya.
Sedangkan terkait kenaikan harga CPO, emiten berbasis minyak substitusi ini pun dinilai berpeluang naik. Harga CPO di Rotterdam naik 1,23% ke US$ 820,00 per ton dan harga CPO di Malaysia naik 0,27% ke US$83166 per ton. “Saham yang masih prospektif adalah PT Sampoerna Agro (SGRO) dan PT Indofood Sukses Makmur (INDF),” katanya.
Christine Salim dari Samuel Sekuritas kembali memberi rekomendasi positif untuk BUMI. Hal ini terkait penjajakan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) anak usaha perseroan, PT Bumi Mineral tahun ini.
Saat ini BUMI diperdagangkan pada price earning (PE) 2011 sebesar 11 kali dan EV/EBITDA 2011 sebesar 4,6 kali. “Rekomendasi maintain buy untuk BUMI, dengan target harga Rp3.250 per saham,” imbuhnya.
Beradar kabar bahwa PT Bumi Mineral, sedang menjajaki IPO akhir tahun ini senilai US$1 miliar atau sekitar Rp9 triliun. Bumi Mineral merupakan anak usaha BUMI yang bergerak di sektor non batubara, seperti PT Multi Capital (menguasai 24% saham NNT), Calipso (100% Herald Resources), Lemington Investments (pemilik Bumi Mauritania dan Konblo Bumi (biji besi di Afrika) serta PT Citra Palu Minerals (tambang emas dan tembaga).
Meski belum ada konfirmasi dari pihak BUMI hingga kini, IPO Bumi Mineral disebut-sebut yang terbesar tahun ini. Christine menilai, bila IPO Bumi Mineral berhasil direalisasikan, akan menciptakan sentimen positif karena mendorong unlocking value terhadap BUMI.
Selain itu memungkinkan perseroan mencari financing baru dengan underlying asset di Bumi Mineral, “Apalagi mengingat batas leverage BUMI sudah relatif tinggi,” paparnya. [mdr]
Indeks masih berpotensi terus menguat, meski dilanda profit taking di awal perdagangan. Sektor komoditas yang berbasis batubara dan perkebunan, menjadi penggeraknya. “Hal ini dipicu tingginya harga komoditas,” ujar Yustian Hartono, technical analyst AmCapital Indonesia kepada INILAH.COM.
Harga minyak mentah yang bertahan di level tinggi memberikan benefit bagi pergerakan harga saham sektor terkait, yaitu saham sektor berbasis komoditas migas, mineral dan perkebunan (CPO). Meningkatnya aksi korporasi merger dan akuisisi (M&A) pertambangan di Indonesia juga menjadi daya tarik di sektor pertambangan.
Harga minyak mentah kembali rebound ke level US$86/barel. Harga komoditas ini masih berada dalam tren penguatannya, terutama setelah sempat naik hingga ke level tertingginya selama 18 bulan di atas US$87 per barel akibat optimisme perbaikan ekonomi. “Mayoritas emiten di Indonesia berbasis komoditas. Kenaikan harga minyak mendorong pengerakan saham sektor komoditas,” ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan data Global Coal, harga batubara terpantau menguat 3,7% ke level US$98,74 per ton. Tren kenaikan juga dipicu berbagai musibah pada pertambangan di luar negeri, seperti AS dan China.
Hal ini akan mengurangi suplai batubara sehingga bisa mengerek naik harga batubara. “Ini jadi sentimen positif bagi saham sektor energi khususnya batubara,” imbuhnya.
Beberapa emiten batubara pilihan Yustian adalah saham PT Bukit Asam (PTBA), dan PT Adaro Energy (ADRO), “Peluang kenaikan emiten-emiten ini cukup besar. Saya rekomendasikan buy,” ujarnya.
Sedangkan terkait kenaikan harga CPO, emiten berbasis minyak substitusi ini pun dinilai berpeluang naik. Harga CPO di Rotterdam naik 1,23% ke US$ 820,00 per ton dan harga CPO di Malaysia naik 0,27% ke US$83166 per ton. “Saham yang masih prospektif adalah PT Sampoerna Agro (SGRO) dan PT Indofood Sukses Makmur (INDF),” katanya.
Christine Salim dari Samuel Sekuritas kembali memberi rekomendasi positif untuk BUMI. Hal ini terkait penjajakan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) anak usaha perseroan, PT Bumi Mineral tahun ini.
Saat ini BUMI diperdagangkan pada price earning (PE) 2011 sebesar 11 kali dan EV/EBITDA 2011 sebesar 4,6 kali. “Rekomendasi maintain buy untuk BUMI, dengan target harga Rp3.250 per saham,” imbuhnya.
Beradar kabar bahwa PT Bumi Mineral, sedang menjajaki IPO akhir tahun ini senilai US$1 miliar atau sekitar Rp9 triliun. Bumi Mineral merupakan anak usaha BUMI yang bergerak di sektor non batubara, seperti PT Multi Capital (menguasai 24% saham NNT), Calipso (100% Herald Resources), Lemington Investments (pemilik Bumi Mauritania dan Konblo Bumi (biji besi di Afrika) serta PT Citra Palu Minerals (tambang emas dan tembaga).
Meski belum ada konfirmasi dari pihak BUMI hingga kini, IPO Bumi Mineral disebut-sebut yang terbesar tahun ini. Christine menilai, bila IPO Bumi Mineral berhasil direalisasikan, akan menciptakan sentimen positif karena mendorong unlocking value terhadap BUMI.
Selain itu memungkinkan perseroan mencari financing baru dengan underlying asset di Bumi Mineral, “Apalagi mengingat batas leverage BUMI sudah relatif tinggi,” paparnya. [mdr]
Saham Batubara & CPO Bakal Makin Subur – Inilah.com